Daisypath Happy Birthday tickers

Jumat, 01 Juli 2011

parent-child relation

Siapa orang tua yang tidak sayang anaknya? dan siapa anak yang tidak sayang orang tuanya?
Masalah Legenda Malin Kundang? menurutku sebetulnya Malin sangat menyayangi ibunya kok, hanya karena keadaan yang membuatnya begitu, tapi akhirnya dia menjadi batu dalam kondisi memohon kan? yaya..
Sebelumnya aku mau berterimakasih dan sangat bersyukur pada Tuhanku,
Alhamdulillah sampai detik ini aku masih memiliki orang tua yang utuh dan sehat :)

tapi..........

Beberapa waktu lalu aku lihat kedekatan sodaraku Kak Icha dan Dek Tasya sama Tante Ira, dalam hati aku iriiiiii banget sama mereka. JUJUR !
Kedua kakak beradik itu kompak dan terbuka sama mama mereka. Mereka dengan leluasa menceritakan semua masalah yang mereka rasakan ke orang tuanya. Mau ngomong tentang sekolah, pacar, temen, fashion, blablabla dan orang tua mereka menanggapi dengan bijaksana. Tante Ira juga fashionable, modern, pandangannya luas dan yang pasti sangat tau cara yang tepat menunjukan perhatian dan kasih sayangnya ke anaknya.
Intinya, aku sangat iri sama kedekatan dalam keluarga tersebut :'(

Bukannya aku tidak memiliki orang tua yang sayang dan perhatian padaku. Aku tau mereka sayang, pasti !! hanya saja..... aku merasa kurang.
Aku menulis bukan untuk menjelek-jelekan siapapun, cuma mau ngeluarin uneg-uneg kok.
Jadi aku merasa disini justru aku yang paling bisa bersikap dewasa. Kesannya tidak ada yang bisa bijaksana dalam menyikapi apapun. Emosi, emosi, emosi, sudah sangat biasa sekali saat ada masalah justru menambah volume suara dan menaikkan nada dasar, itu sudah biasa!
Aku jarang sekali berperilaku manis pada mereka, karena apa?? karena aku ngerasa kapan sih mereka ada waktu untuk dengerin curhatku? Kapan terakhir kali aku sedih, nangis dan mama atau papa meluk aku, ngusap air mataku?
Memfasilitasi anak saja tidak cukup untuk membuatnya bahagia seutuhnya.
Aku kadang bertanya tanya, "Apa yang orang tuaku tau tentang aku?"
Tentang ulang tahunku, papa sering lupa. Tentang ekskul apa saja yang aku ikuti? siapa peduli? Tentang tempat nongkrongku? Tentang keseharianku? (Karena selama SMA ini aku tidak tinggal bersama mereka, aku tinggal di Jogjakarta dan orang tuaku di Klaten) Tentang kelasku? Berapa berat badanku dan tinggiku? Tentang pacar? beehhh, saya tidak diperbolehkan memiliki pacar sodara-sodara, asal kalian tau.
Aku memang memiliki orang tua yang membebaskan anaknya untuk memilih. Tapi... jika pilihanku tidak sesuai dengan mereka, ujung-ujungnya juga aku yang ngalah dan menurut.
Ini contoh masalah, akhir tahun ajaran kelas 3 SMP lalu, aku berjuang belajar untuk mengikuti tes masuk SMK TELKOM PURWOKERTO dan aku berhasil masuk hanya dengan sekali tes dengan mengalahkan beribu peserta lainnya. Aku bangga dan orang tuaku juga bangga. Perjuangan bolak balik Klaten-Purwokerto-Klaten-Purwokerto-Klaten tidak sia-sia. Tapi... tiba-tiba papa tidak memperbolehkanku sekolah disana dengan berbagai alasan. Padahal kami sudah membayar uang gedung, mengukur seragam, dan sebagainya. Kalian tau betapa kecewanya aku? Berhari-hari aku galau -____- karena aku tidak mau sekolah di Klaten, aku mau maju! Dan akhirnya papa mencarikanku sekolah di Jogja, siswi dari luar kota dengan nem 35,5 waktu itu aku hampir saja menjadi siswi SMA N 6 Yogyakarta selisih satu murid tapi hari terakhir aku terlempar pada takdirku yang luar biasa, SMA N 11 Yogyakarta pada urutan 7 :')
Oke lanjut.... itu adalah salah satu cerita dari sekian banyak cerita tentang aku harus mengalah melawan pilihanku sendiri.
Aku bukan orang yang tahan fisik. Saat kecil aku sering sakit-sakit dan sampai sekarang masih. Macam-macam dan tidak jelas. Orang tuaku sering melarang aku ikut kegiatan ini itu. Padahal aku disini di SMAku menjadi (bisa dibilang) aktifis, aku masuk MPK. Mengurus event-event yang ada di sekolah. Dan saat kelas X, aku ikut ekskul tonti dan teater. Itu saja sudah melulu dilarang, karena aku yang sering sakit. Oke, kelas 2 aku melepas ekskul dan hanya fokus ke organisasi. Entah apa yang ada dipikiran mamaku, seharusnya dia senang anaknya bisa belajar tanggung jawab karena mengikuti organisasi. Tapi ini saja masih sering dikomentari ini itu. Memang jika mengurus event, pasti banyak izinnya. Aku berusaha konsisten. Mama maunya apa yang aku pikirkan selama sekolah cuma belajar, pelajaran, segalanya diukur dengan nilai tertulis, pulang sekolah langsung pulang, makan, solat, les, tidur. That's so flat mom! Aku mau dong nikmati masa remajaku dengan senang-senang. Tidak semua pelajaran bisa kita dapet dari pendidikan formal.

Mama....
Mama itu agamis, emosional, berjiwa peimpin, managementnya bagus, disiplin, tegang, ngga santai, dan menurutku mama tidak tau bagaimana menyampaikan rasa sayangnya ke aku. Karena mama anggep aku udah cukup dewasa untuk dininabobok, tapi sebetulnya aku mau banget dicium setiap pagi dan malam sebelum tidur. Aku mau banget ditanya "Via kenapa cemberut? Ada masalah? Sini cerita sama mama." terus diseka air matanya waktu nangis, dipeluk :'( tapi mama sebaliknya. Mamaku ini baik sekali, mau bolak balik nganter aku Jogja-Klaten-Jogja-Klaten, beliin apa yang aku mau, menuhin kebutuhanku, aku tau mama sayang, tapi itu dia, hanya saja.... kurang bisa mengapresiasikannya.
Papa....
Papa sebaliknya, papa sangat sayang juga sama aku, pasti! Papa selalu menanyakan apa yang aku mau, apa yang terjadi, dan lain-lain. Tapi kadang sikapnya yang khas Jawa Timur, kurang ada wibawa, kurang tegas, konyol, sering membuatku jengkel. Jadi malah aku yang mengatur keluarga. Papa itu penyabar, tapi kalo udah marah, bikin takut dan udah malesss banget jadinya buat ngomong.

Aku sangat sayanggggg sekali kepada orang tuaku. Dan aku percaya mereka pasti juga!
Semoga ini semua hanya perasaanku saja :'---)
Semua akan membaik seiring dengan aku yang akan menjadi lebih dewasa, amin.

They are my everything.
Keep protect them, love them like they love me.
God bless them :* Amin

Thank God, I beg a better day than today and yesterday, Good night :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar